Ada 22 Kasus HIV AIDS di Mateng

Tobadak(Mateng)_Ada 22 kasus human immunodeficiency virus (HIV) AIDS yang ditemukan Dinas Kesehatan Mamuju Tengah, 20 persen diantaranya berkahir dengan kematian.

 

Ini diungkapkan Nuryadin bagian fungsional Dinas Kesehatan (Dinkes) Mamuju Tengah (Mateng) Senin (05/12/22).

 

Ia katakan kasus tersebut terhitung sejak 2013 atau awal berdirinya Mateng menjadi Daerah Otonomi Baru (DOB) hingga akhir 2022.

 

“Sejak awal berdirinya Mateng menjadi DOB sebanyak 22 kasus yang berhasil ditemukan, ” Kata Nuryadin saat ditemui di Kantornya, Benteng, Tobadak.

 

Ia katakan dari 22 kasus tersebut sebanyak 20 persen yang berujung pada kematian atau sekira 4 penderita yang meninggal dunia.

 

“Salah satu faktornya karena lambat ditemukan, artinya mereka memeriksakan kondisi kesehatan saat mereka sudah drop, dan itulah menjadi salah satu maslah terbesar diprogram pencegahan dan pengendalian HIV ini” Ujar Nuryadin.

 

Ia melanjutkan dimana tingkat pemahaman dan pengetahuan serta adanya stigma negatif dan diskriminasi dilingkungan masyarakat sehingga penderita enggan memeriksakan diri.

 

Ia menambahkan, untuk tahun 2022 ini hanya ada satu kasus ditemukan.

 

“Untuk tahun 2022 ini, kami temukan ada satu kasus dan saat ini sedang menjalani pengobatan, “sebutnya.

 

Ia menegaskan, bahwa obat HIV tersebut hanya mempertahkan kehidupan, bukan menyembuhkan.

 

“Jadi sifatnya hanya mengontrol, menetralkan serta mencegah perkemang biakan virus di dalam tubuh bukan mengobati, ” Tegasnya.

 

Nuryadin menjelaskan, bahwa HIV tidak menimbulkan gejala khas sehingga inilah yang membuat penderita tidak menyadari.

 

“Terutama yang namanya fase jendela, dimana fase ini memakan waktu kurang lebih 5 hingga 10 tahun sejak terinfeksi baru menimbulkan gejala, ” Terangnya.

 

Ia juga menjelaskan bahwa penyakit HIV ini menular tapi tidak dengan mudah.

 

“HIV ini hanya bisa hidup pada cairan tertentu pada manusia, diantaranya darah, cairan kelamin dan ASI, diluar itu tidak ada penularan, ” Terang Nuryadin.

 

Ia pun mengatakan untuk pencegahan penularan HIV ini Dinkes dan Puskesmas hingga ke tingkat Pustu setiap bulan rutin dilakukan penapisan atau screening.

 

“Screening ini dilakukan terhadap kelompok-kelompok yang dianggap beresiko, seperti penderita TBC, ibu hamil serta penderita infeksi menular seksual maupun pada kelompok yang memiliki penyimpangan seksual, ” Tuturnya.

 

Ia berharap pencegahan dan penanggulangan HIV AIDS ini bukan hanya tanggungjawab Dinas Kesehatan melainkan tanggungjawab kita bersama.***