Menag Harap PTKN Mampu Elaborasi Keilmuan Agama dan Sains

Tanah Toraja (Kemenag) — Menteri Agama RI Nasaruddin Umar menghadiri Focus Group Discussion (FGD) bertema “Transformasi Lembaga Menuju Indonesia Emas” yang digelar Institut Agama Kristen Negeri (IAKN), Jumat (8/11/2024).

Turut hadir pada acara ini, Dirjen Bimas Kristen, Jeane Marie Tulung, Rektor IAKN Toraja, Dr. Agustinus, para civitas akademika IAKN serta Ratusan mahasiswa IAKN Toraja, Sulawesi Selatan.

Sebagai kampus keagamaan, Menag berharap IAKN mampu mengelaborasikan dua keilmuan yaitu Logos atau keilmuan yang mampu dinalarkan atau sains, serta Divine Knowledge atau ilmu yang tuurun dari ilahi atau ilmu agama. Menurutnya dua keilmuan tersebut harus dielaborasikan agar menciptakan akademisi yang memiliki ethos yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

“Saya berharap di IAKN ini, kedua epistemologi keilmuan ini dielaborasi, digabungkan. Ada ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui penelitian, melalui logika, deduksi-deduksi akal, tapi ada juga pengetahuan yang diperoleh melalui konteks Yang kontemplasi yang sangat dalam,” jelasnya.

“Kalau divine knowledge itu masuk, merasuk ke dalam batin setiap orang Itu dahsyat dan inilah yang sering digunakan oleh para orang-orang di IAKN ini Bapak-bapak kita, leluhur kita Para alim ulama, para pendeta,” jelasnya.

Menurut Menag hal Itupun yang seharusnya dilakukan oleh mahasiswa kegamaan seperti IAKN. Harus mempu mencari sumber keilmuan lain selain dari sumber bacaan saja.

“Alangkah miskinnya seorang mahasiswa kalau hanya memperkuat dirinya hanya single helix of metodologi. Hanya the only one way, all to understand, melalui buku, baca buku, belajar, penelitian, Youtube, dan seterusnya,” ucapnya.

Menag menegaskan bahwa mahasiswa juga harus mampu belajar dari guru yang bukan orang, atau bisa disebut dengan impersonal teachers atau impersonal lecturers. Menurutnya, alam merupakan ayat-ayat tuhan yang bisa dipelajari.

Hal tersebutlah yang menjadi pekerjaan rumah dari sebuah institusi keagamaan, khusunya Pendidikan tinggi. Karena itu, pendekatan agama yang dielaborasi dengan keilmuan pasti mampu menjadi solusi tantangan kehidupan era saat ini.

Oleh karena itu, menurut Menag Lembaga Pendidikan kegamaan juga merupakan Lembaga yang mempelajari sesuatu yang universal, karena itu, layak menurutnya lembaga-lembaga tersebut diangkat menjadi universitas, tidak hanya instiut atau hanya sekolah tinggi.

“Tidak bisa yang sifatnya universal diwadahi hanya yang sifatnya lokal, bisa tumpah itu. Jadi universalitas itu hanya cocok oleh universitas, bukan institute, bukan sekolah tinggi,” ujarnya.

Karena itu, ia akan berusaha bisa menjadikan Lembaga-lembaga Pendidikan keagamaan ini mampu berubah dan bertransformasi menajdi universitas, agar mampu menampung keilmuan yang lebih luas lagi.

“Saya berharap ketika saya datang ke sini nanti, sudah menjadi universitas, tapi tentu harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang seharusnya. Tapi nanti kita bantu agar perguruan tinggi agama itu benar-benar terwadahi oleh universitas, agar lebih tepat,” tutupnya.***