QTR Nihayatuz Zain Topoyo Gelar Sosialisasi dan Tahsin Calon Guru Qur’an Metode Ummi

Topoyo(Mateng) Qur’an Training Center (QTR) Nihayatuz Zain Topoyo gelar Sosialisasi dan Tahsin Calon Guru Qur’an Metode Ummi dengan tema “Membangun Generasi Qur’ani Dengan Mewariskan Bacaan Yang Baik dan Benar”.

 

Kegiatan tersebut berlangsung di Raudhatul Atfhal (RA) Ulil Amri, Jl. Pesantren Dusun Lombadeko Desa Topoyo Kecamatan Topoyo Kabupaten Mamuju Tengah (Mateng), Ahad pagi (26/02/23).

 

Ustadz Suhendi atau yang akbar disapa Ustadz Abdul Hakim selaku training bersertifikat Ummi Foundation menjelaskan empat konsep dasar metode Ummi: Mudah, menyenangkan, menyentuh hati, hati-hati serta sabar. Titik tekan dalam hal ini seharusnya kita belajar Al-Qur’an dengan nuansa yang nyaman, penuh kasih dan cinta sehingga menciptakan suasana yang menarik antusias para siswa untuk belajar.

 

Adapun tahapan pembelajaran Ummi terdiri dari: Pembukaan (salam, tanya kabar dan membaca do’a), apersepsi (muroja’ah surat pendek), penanaman konsep (pengenalan bentuk, cara baca, makhorijul huruf dan tajwid), pemahaman konsep (memastikan terserap dan diterimanya konsep dengan baik dan benar), keterampilan (menguji dan mempraktekkan materi baik secara saksama atau pun individual), evaluasi (mengulang kembali dan menilai efektivitas materi yang telah disampaikan) setelah itu dipungkas dengan penutupan yang berisi do’a dan salam.

 

Selain menyampaikan konsep dasar metode Ummi, Ustadz Hakim juga mencontohkan langsung bagaimana cara pelaksanaan mengaji dengan metode Ummi dari jilid ke jilid yang bercirikan langgam Rosh. Tak berselang lama, proses simulasi dan praktek mengajar dengan metode Ummi dengan gaya santai dan humorisnya menyampaikan materi jilid 1-6 dan Ghoroib Di sesi akhir, guru mapel dan guru Tahfidzul Qur’an–melakukan micro teaching dengan durasi waktu 5 menit.

 

Sebagai penutup, Ustadz Hakim menegaskan kembali bahwa kesuksesan dan kualitas output para santri umumnya tergantung pada sumber daya manusia lembaga yang bermutu. Jika dipresentasikan, peran asatidz memiliki pengaruh sebesar 60%, sedangkan 40% sisanya bergantung pada metode yang digunakan dan manajemen pengelolaan-sistem kerja yang diimplementasikan lembaga.

 

Turut hadir H. Nuim H. Zaid, Kepala Tata Usaha Kemenag Mateng, Ustadz Sutardi Perwakilan Penyuluh Agama Islam Kemenag Mateng, Peserta Sosialisasi Ustadz dan Ustadzah, serta tamu lainnya.