Trans Jateng, Transportasi Publik Murah Aman Nyaman Bukan Lagi Angan-Angan

Jateng(Nasional)-Membangun kepercayaan masyarakat terhadap transportasi publik yang aman, nyaman dan murah bukanlah sesuatu yang mudah. Namun hal itu berhasil dilakukan oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo melalui Bus Trans Jateng.

 

Bagi yang belum tahu, Trans Jateng adalah bus rapid transit (BRT) seperti halnya Trans Jakarta. Namun Trans Jateng memiliki tingkat kerumitan lebih tinggi sebab bus ini menghubungkan antar kabupatan/kota di Jawa Tengah.

 

Contohnya Trans Jateng koridor pertama yakni Semarang Tawang-Terminal Bawen Kabupaten Semarang. Untuk mewujudkan koridor ini, Pemprov Jateng tentu saja harus menggandeng Pemkot Semarang dan Pemkab Semarang.

 

Namun yang lebih rumit adalah bagaimana mengatur agar pengusaha angkot dan sopir angkot yang melayani rute tersebut tidak menolak rencana ini. Bukan perkara mudah. Karena keberadaan Trans Jateng jelas mengurangi pendapatan mereka. Bahkan, Ganjar sempat dianggap dzolim karena dinilai sengaja mematikan nafkah sopir angkot.

 

Lalu apa yang dilakukan Ganjar ?. Ganjar mengajak pengusaha dan sopir angkot untuk duduk bersama. Ganjar dengan sabar menjelaskan konsep dan tujuannya untuk dapat memberikan pelayanan transportasi publik yang aman, nyamaan dan murah kepada masyarakat namun di sisi lain tidak merugikan para pengusaha dan sopir angkot.

 

Di sinilah hebatnya Ganjar. Setelah melalui rembugan berkali-kali, para pengusaha angkot ini akhirnya berhasil disatukan dalam satu koperasi berbadan hukum. Untuk koridor Semarang-Bawen, mereka disatukan jadi Koperasi Mulia Orda Serasi. Koperasi inilah yang dijadikan operator bus Trans Jateng.

 

Jadi Trans Jateng tidak mengambil operator baru. Operatornya ya pengusaha angkutan umum itu sendiri. Sedangkan para sopir dijadikan sopir bus Trans Jateng.

 

Mereka mendapat gaji tetap bulanan, THR sebulan gaji, jaminan BPJS dan masih mendapat pembagian keuntungan usaha di akhir tahun. Lainnya jadi petugas di halte, petugas administrasi dan lain-lain. Dalam satu koridor, BRT Trans Jateng berhasil menyerap tenaga kerja langsung sebanyak 150 orang.

 

Sistem ini juga menguntungkan bagi Pemprov Jateng. karena Pemprov tidak perlu membeli bus karena seluruh armada disediakan operator.

 

Menurut Pengamat Transportasi Djoko Setijowarno, keberhasilan Trans Jateng ini layak ditiru provinsi lain yang belum punya layanan transportasi aglomerasi. Menurut Djoko, kehadiran Trans jateng minimnya gejolak sosial di masyarakat karena dalam pengoperasiannya tidak memunculkan operator baru akan tetapi memanfaatkan operator lama yang terlebih dahulu ada.

 

Sejak berhasil diterapkan pada koridor pertama Semarang Tawang – Terminal Bawen Kab Semarang di 2017, cara ini diterapkan ke semua koridor. Hasilnya, Trans Jateng berhasil beroperasi tanpa kendala.

 

Kini Trans Jateng punya enam koridor yang beroperasi, antara lain Kota Semarang – Kab Semarang, Purwokerto – Purbalingga, Kota Semarang – Kendal, Kutoarjo Purworejo – Terminal Borobudur Magelang, Surakarta – Sangiran Sumberlawang, dan Kota Semarang – Grobogan.

 

Trans Jateng pun dalam waktu singkat menjadi primadona masyarakat. Sebab dengan bus yang mewah, bersih, dan ber-AC, tarifnya sangat murah. Yakni Rp 2000 untuk buruh, pelajar, dan veteran. Dan Rp 4000 untuk masyarakat umum. Tarifnya flat, jauh dekat sama. Selain itu, halte bus juga ramah terhadap difabel.

 

Untuk mempermudah konsumen, Trans Jateng meluncurkan aplikasi SI Anteng yang bisa didownload di Playstore. Info koridor, jadwal bus, letak halte, dan posisi bus secara real time bisa dipantau via aplikasi ini.

 

Masyarakat juga merasa aman karena Ganjar sangat mengutamakan keamanan dan kenyamanan pelayanan penumpang. Caranya, dengan menjaga integritas operator. Pembinaan bagi sopir agar tidak kebut-kebutan serta bagi petugas agar mengutamakan kejujuran.

 

Selama beroperasi, armada bus Trans Jateng akan berjalan dengan kecepatan 30 sampai 40 Km/jam. Masyarakat juga dipersilakan untuk melapor apabila mendapati sopir Bus Trans Jateng yang ugal-ugalan.

 

“Kalau ada sopir yang kebut-kebutan kita pecat. Karena mereka tidak dikejar target. Ini semua disubsidi,” kata Ganjar, Senin (30/31/22).

 

Ganjar tampaknya paham betul pentingnya pengembangan sistem transportasi sebagai pendukung pembangunan sektor lainnya.

 

Menarik ya, Transportasi publik yang murah aman dan nyaman ternyata bukanlah angan-angan lagi bagi masyarakat Jawa Tengah. Dengan terkoneksinya angkutan di berbagai wilayah Jawa Tengah melalui Trans Jateng tentunya menjadi pengungkit perekonomian dan pariwisata.***